KOMPETENSI
INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN
1.
Kompetensi
Inti Kewirausahaan
Menurut
Collin Montgomery (1995: 5), strategi
perusahaan adalah cara-cara perusahaan untuk menciptakan suatu nilai
melalui konfigurasi dan koordinasi aktivitas multipemasaran. Oleh karena itu,
salah satu tugas manajemen strategis adalah menciptakan laba yang bisa
dipergunakan sebagai sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi
pemilik kepentingan.
Menurut
Albert Widjaja (1993), laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan
menjadi ukuran keberhasilan, tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan.
Teori ekonomi mikro neoklasik dari mazhab Austria, dikemukakan bahwa perusahaan
bias memperoleh keuntungan bila memiliki keunggulan yang unik untuk menghindari
persaingan sempurna. Menurut Schumpeter (1934), keuntungan tersebut hanya bias
diciptakan dari penemuan yang dilakukan para wirausaha. Menurut Ricard A.
D’Aveni (1994: 253), penemuan para wirausaha merupakan hasil dari proses
kreatif yang dinamis dari para pencipta yang berusaha menciptakan
ketidakseimbangan pasar.
Michael
Porter (1980) yang terkenal dengan strategi bersaingnya mengemukakan bahwa
perusahaan harus daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat
dalam persaingan. Mnurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), perusahaan
dapat mencapai kebehasilan bila tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
Pertama,
tujuan
perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (seperti produksi dan
pemasaran) harus secara kolektif memperhatikan posisi terkuat dipasar.
Kedua,
tujuan
dan kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan serta
diperbarui terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman
lingkungan eksternal.
Ketiga,
perusahaan
harus memiliki dan mengenali kompensi khusus sebagai pendorong untuk
menjalankan perusahaan, misalnya dengan reputasi merek dan biaya produksi yang
rendah.
Oleh
sebab itu, menurut Mintzberg (1990) dalam teori ”design school” perusahaan harus mendasain strategi yang cocok
antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai dan
berpedoman pada pilihan alternative dari “strategi besar” , yang kemudian
didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti yang merupakan kompensi khusus
dari pengolahan sumber daya perusahaan.
Inti
dari teori kompetensi inti sebenarnya sering dikemukakan para ahli seperti Gary
Hamel dan C.K. Prahalad dalam karyanya “Competing
for the Future” (1994), mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti
sebagai berikut:
1) Kompentensi
inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam serangkaian produk atau jasa.
2) Kompetensi
adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk
dapat bersaing.
3) Kompetensi
inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan manfaat
fundamental kepada pelanggan.
4) Suber-sumber
kompetensi secara kompetitif merupakan ssuatu keunikan bersaing dan memberikan
kontribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Menurut
Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks
dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teori “ strategi
berbasis sumber budaya” yang dikutip juga oleh Schoemaker (1980), menyebutkan
bahwa pusat perhatian perusahaan dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk
mencari keuntungan besar yang dikemukakan Porter (1985) merupakan strategi
jangka pendek dan statis, karena untuk memperoleh keuntungan yang
berkesinambungan yang diperlukan adalah daya saing jangka panjang. Untuk meraih
keuntungan yang berkesinambungan, perusahaan harus berusaha mencari dan
menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sember daya yang mungkin belum
dimanfaatkan secara optimal dan dapat diubah menjadi peluang produktif yang
unik, diantaranya melalui pencairan ide-ide yang baru atau wawasan manajemen
yang lebih luas secara terus-menerus. Menurut teori ini, perusahaan dapat
memperoleh keuntungan melaui penggunaan sumber daya yang lebih baik, yaitu
dengan:
1) Pola
organisasi dan administrasi yang baik.
2) Perpaduan
asset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta asset tidak
berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif dan keterampilan manajerial.
3) Budaya
perusahaan.
4) Proses
kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.
Dari
teori berbasis sumber daya tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam konteks
persaingan bebas seperti saat ini, para wirausaha harus menggunakan strategi
pengelolaan usahanya. Untuk itu perusahaan harus mengguanakan sumber daya
internal dengan mengarah pada keahlian khusus yang dapat menciptkan produk yang
unggul untuk memperbesar pangsa produksi produk konsumen akhir.
Menurut
Grant (1991) yang dikutip oleh Albert Wijaya (1994), terdapat langkah yang
dapat digunakan untuk mengembangkan strategi berbasis sumber daya, diantaranya:
1) Mengidentifikasi
dan mengklasifikasikan sumber daya. Sumber daya tersebut berupa:
·
Teknologi.
·
Kapabilitas karyawan.
·
Paten dan merek.
·
Kemampuan keuangan.
·
Kecanggihan pemasaran.
·
Pelayanan pelanggan.
2) Mengidentifikasi
dan mengevaluasi kemampuan atau kapabilitas. Kapabilitas dapat diartikan
sebagai apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui kerja sama tim untuk
mengembangkan sebagai sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kapabilitas itu
mengintregasikan ide baru, keterampilan, dan pengetahuan lain yang menjadi
kunci berfikir kreatif.
3) Menyortir
dan mengembangkan kapabilitas utnuk diterapkan di pasar guna mencapai
keuntungan tinggi secara kesinambungan yang sulit ditiru atau disaingi. Pada
tahap ini kapabilitas perlu dipelihara dalam hal:
·
Daya tahan, yaitu perlu untuk terus
diperbharui atau dimodifikasi dengn mencari pengetahuan dan ide-ide baru.
·
Tidak boleh transparan, yaitu dengan
mengembangkan kapabilitas yang beragam dan tidak menggantungkan salah satu
sumber kapabilitas sehingga sulit diamati atau direkontruksi oleh orang lain.
4) Memformulasikan
strategi pengembangan sumber daya inti dn kapabilitas seefektif mungkin pada
semua kegiatan manajemen. Sementara itu, perusahaan harus mempelajari
perkembangan manajemen dan kemungkinan-kemungkinan masa depan untuk
mempertahankan daya saing perusahaan secara berkesinambungan.
2.
Strategi
Bersaing dalam Kewirausahaan
Dalam
manajeen strategis yang baru, Minztberg mengungkapkan 5P yang sama artinya
dengan strategi, yaitu perencanaan, pola, posisi, persfektif, dan permainan
atau taktik.
Strategi adalah Perencanaan
Konsep
strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah
perusahaan untuk mencapai tujuan dimasa depan. Akan tetapi, tidak selamanya
strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan. Strategi
juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, misalnya
pola-pola prilaku bisnis yang telah dilakukan dimasa lampau.
Strategi adalah Pola
Menurut
Minztberg, strategi adalah pola, yang selanjutnya disebut sebagai intended strategy, karena belum
terlaksana dan berorientasi ke masa depan, atau disebut juga realized strategy karena sudah dilakukan
oleh perusahaan.
Strategi adalah Posisi
Defiisi
strategi ketiga menurut Menztberg merupakan strategi adalah posisi, yaitu
memosisikan produk tertentu ke pasar tertentu. Strategi ini cenderung melihat
kebawah, yaitu ke satu titik bidik dimana produk tertentu bertemu dengan
pelanggan, dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan
eksternal.
Strategi adalah Persfektif
Jiak
dalam P kedua dan ketiga cenderung melihat kebawah dan keluar, maka sebaliknya
dalam persfektif cenderung melihat kedalam, yaitu kedalam organisasi, dan
keatas, yaitu melihat visi utama dari perusahaan.
Strategi adalah Permainan
Strategi
adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan atau pesaing. Suatu merek,
misalnya meluncurkan merek kedua agar posisinya tetep kukuh dan tidak tersentuh
karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang melawan merek kedua tadi.
A.
Teori
Strategi Generik dan Keunggulan Bersaing
Dalam
karyanya yang paling terkenal Competitive
Strategy, Michael P. Porter (1997 dan 1998) memungkapkan beberapa
strategi yang dapat digunakan perusahaan
untuk dapat bersaing. Beberapa aspek inti dari teori Porter tersebut adalah:
1. Persaingan
merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Hal ini berarti bahwa keberhasilan
atau kegagalan bergantung pada keberanian perusahaan untuk dapat bersaing.
Tanpa berani bersaing, keberhasilan tidak mungkin dapat diperoleh.
2. Keunggulan
bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan bagi
langganan atau pembeli. Keunggulan bersaing menyangkut bagaimana suatu
perusahaan benar-benar menerapkan strategi generiknya dalam kegiatan praktis.
3. Ada
dua jenis keunggulan bersaing, yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Perusahaan
yang berhasil dengan strategi biaya rendah memiliki kemampuan dalam mendesain
produk dan pasar yang lebih efesien dibandingkan pesaing. Sedangkang
diferensiasi adalah kemampuan untuk
menghasilkan barang dan jasa unik serta memiliki nilai lebih bagi pembeli dalam
bentuk kualitas produk, sifat-sifat khusus, dan pelayanan lainya.
4. Kedua
jenis dasar keunggulan bersaing diatas menghasilkan tiga strategi generik
(Porter, 1997: 11-13), yaitu:
a) Biaya rendah, strategi
ini mengandalkan keunggulan biaya yang relative rendah dalam menghasilkan arang
dan jasa. Keunggulan biaya berasal dari:
·
Pengerjaan bersekala ekonomis
·
Teknologi milik sendiri
·
Akses preferensi ke bahan baku
b) Deferensiasi, strategi
ini berasal darikemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
unik dalam industrinya dan dalam semua dimensi umum yang dapat dihargai oleh
konsumen. Deferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain:
·
Deferensiasi produk
·
Deferensiasi system penyerahan/
penyampaian produk
·
Deferensiasi dalam pendekatan pemasaran
·
Deferensiasi dalam peralatan dan
kontruksi
·
Deferensiasi dalam citra produk
c) Focus, strategi
focus berusaha mencari keunggulan dalam segmen sasaran pasar tertentu meskipun
tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan. Terdapat dua focus,
yaitu:
·
Focus biaya, dilakukan dengan
mengusahakan keunggulan biaya dalam segmen sasaranya.
·
Focus deferensiasi, dilakukan dengan
mengusahakan deferensiasi dalam segmen sasaranya, yaitu pembeli dengan
pelayanan paling baik dan berbeda dengan yang lainya.
B.
Strategi
The New 7-S’s(D’Aveni)
Untuk
menghadapi kodisi yang semakin dinamis seperti sekarang ini, Richard A. D’Aveni
(1994: 243) mengemukakan suatu ide dasar bahwa perusahaan harus menekankan
strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti, pengetahuan, dan
keunikan asset tidak berwujud untuk menciptakan keunggulan. Oleh karena itu, D’Aveni
mengajukan tujuh kunci keberhasilan perusahaan dalam lingkungan persaingan yang
sangat dinamis yang dikenal dengan “The
New 7-S’s”. Konsep ini meliputi pokok-pokok dasar sebagai berikut:
1. Superior Stakeholder Satisfaction. Strategi
yang pertama dari konsep ini bertujuan memberikan kepuasan jauh diatas
rata-rata kepada orang-orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, tidak
hanya memegang saham, namun juga pemasok, karyawan, manajer, konsumen,
pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. Dengan memberi kepuasan kepada setiap
pemilik kepentingan tersebut, maka kinerjanya perusahaan akan semakin tinggi.
2. Soothsaying.
Strategi yang kedua ini berfokus pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari
posisi yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Positioning for Speed.
Strategi ketiga adalah strategi dalam memosisikan perusahaan secara cepat di
pasar. Perusahaan harus segera mengomunikasikan produk yang dihasilkan ke pasar
agar segera dikenal konsumen.
4. Positioning for Surprise.
Strategi keempat adalah membuat posisi yang mencengangkan melaui barang dan
jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah baru
sehingga konsumen lebi menyukai barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
5. Shifting the Role of the Game. Strategi
kelima adalah mengubah pola-pola persaingan perusahaan yang dimainkan sehingga
pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda.
6. Signaling Strategic Intent.
Strategi keenam adalah mengutamakan perasaan. Kedekatan dengan para karyawan,
relasi, dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan kinerja
perusahaan.
7. Simultanous and Squential Strategic
Thrusts. Strategi ketujuh adalah mengembangkan factor-faktor
pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan melalui
penciptaan barang dan jasa yang selalu memberi kepuasan kepada konsumen.
Kunci
utama The new 7-S’s adalah menggunkan
inisiatif untuk merebut persaingan. Menurut D’Aveni, The New 7-S’s menyangkut penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda
untuk masa yang akan dating. Strategi ini dimaksudkan untuk membatasi strategi
dinamis yang dimiliki oleh pesaing. Tujuan dari The New 7-S’s adalah menciptakan gangguan melalui penciptaan
keunggulan-keunggulan baru yang berkesinambungan.
Menarik sekali bahan kuliah, izin sher
BalasHapus