BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
penghargaan yang efektif harus memberikan kepada karyawan baik penghargaan
finansial maupun non-finansial. Manajer harus menggunakan sistem penghargaan
organisasional seefektif mungkin, sehingga karyawan dapat termotivasi dan
bekerja produktif. Ada tiga dimensi penting yang mendasari keberhasilan kinerja
karyawan, yaitu (1) nilai penghargaan yang ditawarkan; (2) penghargaan yang
didasarkan pada produktivitas; dan (3) karyawan secara langsung dapat
memengaruhi kinerja dan produktivitas mereka melalui usaha yang
dilakukannya.
Secara umum, setelah mengikuti inisiasi ini Anda diharapkan
dapat menjelaskan sistem penghargaan dan kompensasi bagi karyawan suatu
organisasi dan secara khusus Anda diharapkan dapat menjelaskan:
1.
pengertian sistem penghargaan;
2.
hubungan penghargaan dengan kinerja;
3.
pengertian kompensasi;
4.
kompensasi dasar;
5.
kriteria kompensasi efektif.
Tujuan
dari pengelolaan sistem reward di dalam organisasi adalah untuk menarik dan
mempertahankan sumber daya manusia, karena organisasi memerlukannya untuk
mencapai sasaran-sasarannya. Sebagai timbal balik dari jasa karyawan dan
menjaga tingkat prestasi tinggi maka motivasi dan komitmen mereka perlu
ditingkatkan.
Dalam
konteks MSDM, manajemen reward tidak semata hanya pada pemberian reward dan
insentif, misalnya upah dan gaji, bonus, komisi dan pembagian laba yang biasa
disebut reward ekstrinsik. Namun hal yang tak kalah penting adalah reward
instrinsik (non finansial) yang merupakan pemuas kebutuhan psikologis karyawan
seperti pekerjaan yang menantang, prestasi, pengakuan, otonomi, kesempatan
mengembangkan diri, dan pemberian kesempatan dalam proses pengambilan
keputusan.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana Menyelaraskan Sistem Reward dan Kompensasi dengan Strategi Perusahaan?
- Bagaimana tingkat Upah/gaji?
- Bagaimana Struktur Upah/gaji?
- Bagaimana mengetahui opsi kompensasi strategic: kebijakan tingkat gaji dan reward ekstrinsik dan instrinsik?
- Bagaimana pendekatan strategic kompensasi?
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui penyelarasan system reward dan kompensasi dengan strategi perusahaan.
- Untuk mengetahui tingkat upah/gaji.
- Untuk mengetahui struktur upah/gaji.
- Untuk mngetahui opsi kompensasi strategic: kebijakan tingkat gaji dan reward ekstrinsik dan intrinsic
- Untuk mengetahui pendekatan strategic kompensasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Menyelaraskan Sistem Reward dan
Kompensasi dengan Strategi Perusahaan
Reward
adalah imbal jasa. Dalam konteks manajemen perusahaan, reward adalah imbal jasa
yang diberikan perusahaan kepada karyawan, atas pekerjaan yang dilakukan
karyawan tersebut untuk perusahaan. Hal-hal yang dapat mempengaruhi reward
antara lain: bobot jabatan, pencapaian target, kompetensi pemegang jabatan dan
masa kerja. Reward dapat berbentuk cash atau non-cash dan sering disebut dengan
compensation & benefits.
Dari
sudut pandang perusahaan, gaji merupakan alat yang kuat untuk memajukan tujuan
strategi perusahaan. Pertama, gaji memiliki dampak besar terhadap sikap dan
prilaku perusahaan. Gaji memengaruhi karyawan yang tertarik pada organisasi,
serta dapat menjadi alat yang kuat untuk menahan ketertarikan karyawan. Dalam
memilih strategi gaji, kita harung mempertimbangkan seberapa efektifkah
strategi itu dalam memajukan strategi bisnis organisasi secara keseluruhan.
Rata-rata pengaruh perpindahan dari strategi gaji yang variabilitasnya di bawah
rata-rata ke strategi yang variabilitasnya di atas rata-rata adalah meningkatnya
imbalan asset yang hampir mencapai dua persen.
Manajemen
reward adalah bagian dari manajemen SDM. Oleh karena itu, memahami dan
mengelola reward tidak terlepas dari kerangka pemikiran dan pengelolaan SDM
secara keseluruhan. Reward policy tidak dapat berdiri sendiri, namun harus
terintegrasi dengan sub-sistem lain dalam manajemen SDM, seperti rekrutmen,
manajemen karir, manajemen kinerja, pengembangan organisasi dll.
Perusahaan
yang memiliki strategi rekrutmen untuk merekrut lulusan terbaik dari
universitas terbaik mestinya menawarkan reward yang kompetitif bagi lulusan
terbaik tersebut, karena lulusan terbaik diinginkan oleh banyak perusahaan.
Kompensasi yang tidak menarik akan membuat strategi rekrutmen tersebut sia-sia.
2.2
Tingkat Upah/Gaji: Memelihara
Daya Saing Eksternal
Walau
perusahaan mungkin ingin memberikan gaji yang tingi dalam industri secara
filosofi, hal ini mungkin tidak dapat dilakukan. Persaingan yang mengendalikan
harga pokok dan jasa memaksa perusahaan untuk mengendalikan biaya tenaga kerja
juga. Khususnya ketika bersaing dengan Negara yang memiliki tenaga kerja
berupah rendah seperti CIna dan Meksiko, kompensasi yang dibayar kepada para
pekerja AS menjadi persoalan. Akan tetapi, dalam beberapa industry, persaingan bukan
factor yang penting. Organisasi mungkin mampu untuk memberikan imbalan kerja
yang lebih tinggi kepada karyawan dibandingkan para pemberi kerja yang lain.
Beberapa organisasi mementukan
kebijakan yang spesifik tentang di mana mereka ingin diposisikan dalam pasar
tenaga kerja. Kebijakan ini menggunakan strategi kuartil, seperti dalam figure
di bawah ini, data dalam survey imbalan kerja menunjukan bahwa perbedaan jumlah
uang yang actual antar kuartil pada umumnya adalah 15% sampai 20%.
Kuartil ketiga: strategi di atas pasar
(pemberi
kerja memosisikan imbalan kerja sehingga 25% perusahaan membayar di atas skala
75% membayar di bawah skala)
kuartil kedua: strategi pasar menengah
(pemberi
kerja memosisikan skala imbalan kerha sehingga 50% perusahaan membayar di atas
skala dan 50% membayar di bawah skala)
kuartil pertama: strategi di bawah pasar
(pembri
kerja memosisikan skala imbalan kerja sehingga 75% perusahaan membayar di atas
skala dan 25% membayar di bawah skala)
Sebagian
besar pemberi kerja memilih untuk memosisikan diri meraka dalam kuartil kedua,
di tengah pasar, berdasarkan pada data survey imbalan kerja mengenai
rencana-rencana kompensasi para pemberik kerja yang lain. Dengan memilih
tingkat ini, mereka berusaha untuk menyeimbangkan tekanan biaya pemberik kerja
dan kebutuhan untuk menarik dan mempertahankan para karyawan dengan menyediakan
kompensasi tingkat menengah.
Pemberi kerja yang menggunakan
pendekatan kuartil pertama memilih untuk memberikan imbalan kerja di bawah
kompensasi pasar karena beberapa alas an. Pemberi kerja tersebut mungkin
kekurangan dana, yang membeuatnya tidak mampu untuk membayar lebih dan masih
memenuhi tujuan. Selain itu, ketika terdapat banyak pekerja, terutama mereka
yang memiliki keterampilan yang lebih rendah, pendekatan dibawah pasar dapat
digunakan untuk menarik pekerja yang memadai dengan biaya lebih sedikit. Aspek
negative dari strategi ini adalah cenderung terjadi perputaran karyawan yang
lebih tinggi. Apabila persedian pasar tenaga kerja menjadi ketat, penarikan dan
retensi karyawan menjadi lebih sulit.
Pendekatan kuartil ketiga
menggunakan penekanan imbalan kerja di atas pasar yang agresif. Strategi ini
biasanya memungkinkan perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pekerja yang
memadai yang memiliki kapabilitas yang dibutuhkan dan agar menjadi lebih
selektif ketika melakukan perekrutan. Akan tetapi, karena pendekatan ini adalah
pendekatan yang membutuhkan biaya lebih tinggi, organisasi sering mencari cara
untuk meningkatkan produktivitas para karyawan yang menerima upah diatas pasar.
2.3
Struktur Upah/Gaji: Memelihara
Konsistensi Internal
KEPUTUSAN STRUKTUR GAJI
Keadilan dan Teori Kepatutan
Berbicara masalah konsekuensi
keputusan gaji, kita perlu mengingat bahwa karyawan mengevaluasi gaji mereka
relative terhadap gaji karyawan. Teori kepatutan menyatakan bahwa orang yang
mengevaluasi keadilan situasi mereka dengan membandingkan dengan situasi yang
diterima orang laian. Menurut teori ini, orang membandingkan rasio hasil yang
dirasakan (yaitu gaji, tunjangan dan kondisi kerja) terhadap input yang
dirasakan (yaitu usaha, kemampuan, pengalaman) dngan rasio perbandingan orang
lain.
Jika rasio orang ebih kecil
ketimbang rasio perbandingan orang lain hasilnya adalah keidakadilan kurng
reward. Jika rasio orang lebih besar maka hasilnya adalah ketidakadilan reward
berlebih meski bukti yang ada menunjukkan jenis ketidakadilan ini sulit terjadi
dan sulit dipertahankan karena orang dapat merasionalkan situasi dengan
reevaluasi hasilnya sebagai yang tidak baik atau memberikan input lebih baik
(menghargai dirinya sendiri).
Konsekuensi
perbandingan orang bergantung pada apakah keadilan memang dirasakan. Jika
keadilan dirasakan, maka tidak ada perubahan perilaku atau sikap orang.
Sebaliknya, jika yang dirasakan adalah ketidakadilan, maka orang akan berusaha
memulihkan keadilan. Beberapa cara memulihkan keadilan ini cukup
kontraproduktif, antara lain :
1.
Mengurangi
input diri seseorang (tidak bekerja keras)
2.
Meningkatkan
hasil seseorang (misalnya dengan mencuri)
3.
Meninggalkan
situasi yang memicu rasa keadilan (meninggalkan organisasi atau menolak bekerja
ataupun bekerjasama dengan karyawan yang dirasa dibayar lebih)
Implikasi
utama dari teori kepatutan bagi pengelolaan kompensasi karyawan adalah karyawan
mengevaluasi gajinya pada titik penting dengan membandingkannya dengan bayaran
orang lain serta sikap dan prilaku kerjanya akhirnya dipengaruhi oleh
perbandingan tersebut. Implikasi lainnya adalah persepsi karyawan merupakan
penentu evauasi mereka. Fakta bahwa manajemen yakin karyawannya dibayar pantas
dibandingkan dengan perusahaan lain tidak lantass berlaku di pihak karyawan itu
sendiri. Karyawan bisa jadi memiliki informasi berbeda ataupun melakukan
perbandingan yang berbeda dibandingkan manajemen. Ada 2 tipe perbandingan gaji
yang relevan dalam penentu keputusan struktur kerja dan level gaji, yaitu :
- Perbandingan Gaji Ekuitas Eksternal , memfokuskan pada apa yang didapat
karyawan di organisasi lain atas pekerjaan yang sama. Perbandingan seperti
ini cendrung mempengaruhi keputusan pelamar untuk menerima tawaran kerja
termasuk sikap dan keputusan karyawan mengenai apakah akan bertahan di sebuah
organisasi atau mengambil kesempatan di tempat lain.
- Perbandingan Gaji Ekuitas Internal, memfokuskan pada apa yang didapatkan
karyawan lain dalam organisasi yang sama, tetapi dengan pekerjaan yang
berbeda. Karyawan membuat perbandingan dengan pekerjaan yang levelnya
lebih rendah, level sama (tetapi mungkin berbeda area pekerjaan ataupun
divisinya), dan level yang lebih tinggi.
Perbandingan ini dapat memengaruhi sikap umum pada karyawan ;
kemauan mereka untuk beralih ke pekerjaan lain di dalam organisasi ;
kemauan untuk menerima promosi ; kesediaan mereka untuk bekerja sama
lintas pekerjaan, area fungsional atau kelompok produk ; dan komitmen
mereka terhadap organisasi. Pilihan struktur kerja organisasi akan
memengaruhi perbandingan internal karyawannya berikut konsekuensi yang
ditimbulkan. Evaluasi kerja merupakan alat administrative yang digunakan
organisasi untuk mendesain struktur pekerjaan.
MENYUSUN LEVEL GAJI
Kompetisi Pasar Produk
Pertama, organisasi harus bersaing
efektif dalam pasar produk. Dengan kata lain merek harus dpat menjual barang
dan jasa dalam jumlah dan harga yang akan menghasilkan return yang memadai atas
investasi mereka. Organisasi bersaing dalam ragam dimensi (kualitas, layanan,
dan sebagainya), dan harga adalah salah satu dimensi paling penting. Salah satu
aspek penting yang memengaruhi harga ini adalah biaya produksi.
Kompensasi Pasar Tenaga Kerja
Tantangan kedua dalam pasr
kompetitif adalah kompetitif pasar tenaga
kerja. Pada dasarnya, kompetisi ini merupakan jumlah yang harus dibayar
oganisasi untuk bersaing dengan perusahaan lain yang mengangkat karyawan yang
sama. Pesaing ini umumnya tidak saja perusahaan yang memiliki produk yang sama,
tetapi juga yang ada di pasar produk berbeda yang mengangkat tipe karyawan yang
sama. Jika sebuah organisasi tidak kompetitif di pasar tenaga kerja, ia akan
gagal menarik serta mempertahankan karyawan dengan jumlah dan kualitas yang
memadai.
Karyawan Sebagai Sebuah Sumber Daya
Karena organisasi harus bersaing
dalam pasar tenaga kerja, mereka harus memperlakukan karyawannya tidak saja
sebagai sebuah biaya, tetapi juga sebagai sumber daya tempat perusahaan
menggantungkan imbalan investasi (ROI). Kendati pengendalian biaya akan
berdampak langsung pada kemampuan organisasi untuk bersaing dalam pasar produk,
posisi kompetitif organisasi dapat terancam jika biaya dibuat rendah dengan
mengorbankan kualitas dan produktivitas karyawan. Biaya tenga kerja yang lebih
tinggi ketimbang perusahaan pesaing tidak lantas berarti buruk jika perusahaan
memiliki angkatan kerja terbaik dan paling efektif yang akan menghasilkan lebih
banyak produk dengan kualitas yang juga lebih baik.
Program dan kebijakan gaji adalah
salah satu alat SDM terpenting untuk mendorng prilaku karyawan yang
menguntungkan dan menghambat yang tidak diinginkan. Oleh krena itu, kebijakan
tersebut harus dievaluasi tidak saja dari segi biaya tetapi juga retur yang
dihasilkan. Bagaimana kebijakan tersebut
menarik, mempertahankan, dan memotivasi angkatan kerja berkualitas.
Menentukan Apa Yang Patut Mendapat Bayaran
Kendati organisassi mendapat tekanan
produk dan tenaga kerja eksternal dalam menentukan level gaji mereka, masih ada
selah yang tersisa disini. Seberapa lebar celah atau kelonggaran itu akan
bergantung pada lingkungan persaingan yang dihadapi organisasi bersangkutan.
Jika kelonggarannya cukup maka keputusan strategis yang dapat diambil adalah
membayar di atas, sama dengan, atau dibawah rerata pasar. Keuntungan dari
membayr lebih di atas rerata pasar adalah perusahaan mampu menarik dan mempertahankan
bakat-bakat terbaik yang akhirnya dapat menciptakan angkatan kerja yang
produktif dan sangat efektif. Namun kerugiannya tentu saja ada yaitu
bertambahnya biaya. Menurut teori upah efisiensi, salah satu kondisi saat
manfaat gaji tinggi mampu menutup atau melampaui biaya yang tinggi adalah
ketika organisasi memiliki teknologi atau struktur yang bergantung pada
karyawan yang sangat terlatih.
Survei Gaji Pasar
Beberapa
faktor memengaruhi keputusan tentang bagaimana menggabungkan survey. Perbandingn
pasar produk yang lebih focus pada biaya tenaga kerja layak mendapat bobot
lebih tinggi ketika :
- Biaya
tenaga kerja mempresentasikan bagian besar dari total biaya
- Permintaan
produk bersifat elastic (berubah sesuai perubahan harga produk)
- Penawaran
tenaga kerja bersifat inelastis
- Skil
karyawan bersifat spesifik terhadap pasar produk.
Sebailknya
perbandingan pasar tenaga kerja akan lebih penting ketika:
- Menarik
dan mempertahankan karyawan berkualitas adalah hal yang sulit
- Biaya
(administrasi, gangguang, dst) perekrutan tenaga pengganti terbilang
tinggi,
Kisaran Tarif
Penggunaan kisaran tarif (rate
rangers) memungkinkan sebuah perusahaan untuk mengenali perbedaan kinerja
karyawan, senioritas, pelatihan, dan seterusnya di dalam penentuan gaji
individual. Namun untuk pekerjaan kasar (kerah biru) terutama yang dicakup oleh
kontrak persetujuan kolektif bisa jadi ada semacam satu tariff gaji tunggal
bagi semua karyawan di dalam suatu pekerjaan.
Pekerjaan Kunci dan Non Kunci
Dalam menggunaka survey gaji perlu
dibedaka antara dua tipe pekerjaan umum : pekerjaan kunci (pekerjaan tolok
ukur) dengan pekerjaan non kunci. Pekerjaan Kunci memilii muatan yang relative
stabil dan sudah menjadi hal umum di berbagai organisasi. Oleh karena itu,
dimungkinkan halnya kita memperoleh data survey gaji pasar menyangkut pekerjaan
tersebut. Namun, untuk menghindai
terlalu banyaknya hambatan administratif perlu diperhatikan juga bahwa
organisasi tidak boleh menhimpun data gaji pasar pada semua pekerjan itu.
Berbeda sebaliknya dengan pekerjaan kunci, pekerjaan nonkunci bersifat unik
dalam organisasi, oleh karena itu pekerjaan ini tidak dapat dinilai atau
dibandingkan langsung melalui penggunaan survey pasar. Oleh karena itu,
pekerjaan ini diperlakukan secara berbeda dalam proses penetapan gaji.
Menyusun Struktur Pekerjaan
Walaupun perbandingan eksternal yang
sudah kita diskusikan bersifat penting, kryawan juga mengevaluasi gaji mereka
dengan menggunakan perbandingan internal. Jaadi, seorang wakil presiden
pemasaran mungkin berharap dibayar sama dengan wakil presiden bidang system
informasi karena levelnya dalam organisasi sam dengan level tanggung jawab dan
dampak yang juga sama terhadap kinerja organisasi. Struktur kerja dpat
diefinisikan sebagai nilai relative dari beragam pekerjaan dalam organisasi
berdasarkan tipe-tipe perbandingan internal seperti ini.
Evaluasi Pekerjaan
Salah satu cara umum untu mengukur
nilai pekerjaan internal adalah menggunakan prosedur administrative yang
disebut evaluasi kerja (job evaluation). System ini tersusun dari compensable
factor dan skema pembobotan berdasarkan kepentingan dari setiap compensable
factor ini bagi organisasi. Sederhananya, compensable factor ini adalah
karakteristik pekerjaan yang dinilai dan dibayar oleh organisasi. Karakteristik
ini dapat meliputi kompleksitas pekerjaan, kondisi kerja, pendidikan yang
diperlukan, pengalaman yang diperlukan, dan tanggung jawab. Sebagian besar
sistm evaluasi kerja menggunakan compensable factors . Analisis pekerjaan
memberikan informasi deskriptif dasar mengenai atribut-atribut pekerjaan, dan
proses evaluasi kerja member nilai pada compensable factor ini. Ada banyak cara
menghasilkan skor, tetapi umumnya meliputi input dari sejumlah orang. Komite
evaluasi kerja umumnya membuat semacam peringkat. Yang paling banyak digunakan
adalah system faktor poin yang menghasilkan poin evaluasi keja bagi tiap
compensable factor.
Sistem Faktor Poin
Setelah
membuat skor untuk tiap compensable factor dalam tiap pekerjaan, penilai kerja
sering menggunakan skema pembobotan untuk enila tingkat kepentingan compensable
factor bagi organisasi. Bobot ini dapat ditentukan melalui dua cara. Pertama
adalah memberikan semacam bobot apriori yang berarti faktor-faktor ditimbang
dengan menggunakan penilaian ahli menyangkut tingkat kepentingannya. Kedua,
bobot bisa diperoleh secara empiris berdasarkan seberapa penting setiap faktor
itu dalam menentukan gaji di pasar tenaga kerja.
Memantau Biaya Kompensasi
Struktur gaji memengaruhi biaya
kompensasi dalam beberapa cara. Yang paling jelas, level gaji tempat
ditetapkannya struktur akan memengaruhi biaya ini. Namun, ini baru sepenggal
cerita. Struktur gaji mempresentasikan kebijakan yang dimaksudkan oleh
organisasi, tetapi praktik aktualnya bisa jadi berlainan. Salah satu indeks yang sering digunakan untuk
melihat kesesuaian anara gaji yang
diharapkan dengan gaji yang aktual adalah compa ratio (rasio komparatif) yang
dihitung sbb :
Golongan compa ratio = golongan
rata-rata gaji actual / titik tengan pada golongan
Compa
ratio menilai secara langsung seberapa sesuaikah gaji actual dengan kebijakan
gaji. Compa ratio yang kurang dari satu menunjukkan bahwa gaji actual
tertinggal di belkang kebijakan gaji, sedangkan compa ratio lebih dari satu
menyatakan bahwa gaji actual (dan biaya)melebihi kebijakan gaji.meskipun ada
alas an tepat dibalik compa ratio yang berbeda dengan 1, para manajer harus
tetap mempertimbangkan apakah struktur gaji memang mengizinkan biaya tidak
terkendali.
2.4 Kebijakan Tingkat gaji,
reward ekstrinsik dan intrinsic
KEBIJAKAN TINGKAT GAJI
Kebijaksanaan
kompensasi juga berpengaruh terhadap upah dan tunjangan yang harus diberikan
perusahaan, karena kebijaksanaan ini menyediakan pedoman kompensasi dalam
beberapa hal penting. Salah satu di antaranya adalah persoalan mengenai apakah
perusahaan ingin menjadi pelopor atau pengikut dalam hal penggajian. Sebagai
contoh, sebuah rumah sakit mungkin memiliki suatu kebijakan untuk memberi gaji
kepada perawat pemula paling sedikit 20% di atas upah dan bahkan meggaji
perawat yang berpengalaman paling sedikit 10% lebih besar dari jumlah yang
dibayarkan bagi pekerja sebanding pada rumah sakit lain.
Seperti yang anda ketahui
topic-topik penting yang biasanya tercakup dalam kebijaksanaan kompensasi
antara lain dasar kenaikan gaji, kebijakan promosi dan demosi, kebijaksanaan
upah lebur, dan kebijaksanaan yang berkenaan dengan upah percobaan dan cuti
dinas militer, tugas sebagai anggota juri, dan hari libur. Kebijaksanaan
kompensasi biasanya disusun oleh direktur personalia atau kompensasi dalam
hubungannya dengan pimpinan teras.
REWARD EKSTRINSIK DAN INTRINSIK
Menurut
J. Long (1998:8) dalam bukunya Compensation in Canada mendefinisikan
sistem kompensasi adalah bagian(parsial) dari sistem reward yang hanya
berkaitan dengan bagian ekonomi/monetary, namun demikian sejak adanya
keyakinan bahwa perilaku individual dipengaruhi oleh sistem dalam spektrum yang
lebih luas maka sistem kompensasi tidak dapat terpisah(integral) dari
keseluruhan system reward yang disediakan oleh organisasi. Sedangkan reward
sendiri adalah semua hal yang disediakan organisasi untuk memenuhi satu
atau lebih kebutuhan individual.Adapun 2 jenis reward tersebut adalah :
a. Ekstrinsik reward, yang memuaskan kebutuhan dasar(basic
needs) untuk survival dan security, dan juga kebutuhan
kebutuhan sosial dan pengakuan. Pemuasan ini diperoleh dari faktor-faktor yang
ada di sekeliling para karyawan di sekitar pekerjaannya(job content),
misalnya: upah(pay), pengawasan(supervisor behavior), co
workers dan keadaan kerja(general working condition).
Penghargaan
ekstrinsik menurut Schuster (1985) dan Byars dan Rue (1997), adalah kompensasi
yang secara langsung disampaikan dan dikontrol oleh organisasi (pihak ketiga)
serta bersifat lebih kasat mata (mudah dilihat). Sistem penghargaan ekstrinsik
mengacu pada semua penghargaan di luar pekerjaan itu sendiri. Dengan demikian,
sistem penghargaan ekstrinsik mencakup baik penghargaan finansial maupun
non-finansial yang diberikan oleh organisasi dalam usahanya untuk merespon
kinerja karyawan, baik secara kualitas maupun kuantitas.
b. Intrinsik reward, yang memenuhi kebutuhan yang
lebih tinggi tingkatannya(higher level needs),misalnya untuk kebanggaan(self
esteem), penghargaan(achievement), serta pertumbuhan dan
perkembangan(growth and development) yang dapat diperoleh (merupakan
derivasi) dari faktor-faktor yang melekat(inheren) dalam pekerjaan
karyawan itu, seperti : tantangan karyawan atau interest suatu pekerjaan
yang diberikan, tingkatan keragaman/variasi dalam pekerjaan, adanya umpan
balik, dan otoritas pengambilan keputusan dalam pekerjaan serta signifikansi
makna pekerjaan bagi nilai-nilai organisasional. Oleh karena itu sebelum sistem
kompensasi dijalankan maka lebih dahulu
Menurut
Schuster (1985), sistem penghargaan intrinsik berisi penghargaan yang berasal
dari respon individu terhadap pekerjaan itu sendiri, yaitu berasal dari
transaksi antara seorang individu dengan tugasnya tanpa ikut sertanya (campur
tangan) pihak ketiga. Penghargaan intrinsik ditentukan oleh individu dalam
interaksinya dengan pekerjaannya. Manajemen harus merancang pekerjaan
sedemikian rupa sehingga penghargaan intrinsik dapat dicapai oleh karyawan yang
memenuhinya.
Walaupun
penghargaan intrinsik dan ekstrinsik berbeda, keduanya memiliki hubungan yang
sangat erat. Penghargaan intrinsik dan ekstrinsik; finansial dan non-finansial,
secara bersama-sama berinteraksi menjadi bagian dari sistem penghargaan tunggal
(tidak independen). Contoh, karyawan yang menerima penghargaan ekstrinsik dalam
bentuk kenaikan upah, misalnya, akan serta merta juga merasakan adanya kepuasan
batiniyah, yaitu dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Kepuasan batin
karyawan tersebut merupakan penghargaan intrinsik, yaitu karyawan yang
bersangkutan menginterpretasikan bahwa kenaikan upah tersebut sebagai tanda
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Berikut diberikan contoh penghargaan
intrinsik dan ekstrinsik.
2.5 Pendekatan Strategik
Kompensasi.
Ada tiga
pendekatan penetapan gaji yang bisa diidentifikasi yang berbeda-beda menurut
penekanannya pada perbandingan internal dan eksternal yaitu :
- Data Survey Pasar : Pendekatan yang memberi penekanan
terbesar pada perbandingan eksternal dicapai dengan langsung mendasarkan
gaji pada survey pasar yang mencakup sebanyak mungkin pekerjaan kunci.
Kita menyusun semacam garis kebijakan gaji
(pay police line) pasar berdasarkan pekerjaan kunci (yang dengan
itu tersedia data survey gaji pasar dan evaluasi kerja). Garis ini dapat
dihasilkan dengan menggunakan prosedur statistic (analisis regresi). Pada
beberapa kasus, struktur gaji yang memberikan kenaikan reward kepada level
pekerjaan yang lebih tinggi mungkin lebih sesuai dengan tujuan organisasi
ataupun pasar eksternal.
- Garis Kebijakan Gaji : Pendekatan kedua
dalam penetapan gaji yang menggabungkan informasi dan perbandingan
internal dan eksternal adalah penggunaan garis kebijakan gaji untuk
memperoleh tingkat gaji baik untuk pekerjaan kunci maupun nonkunci.
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan pertama karena tariff di pasar
sebenrnya tidak lagi digunakan untuk pekerjaan kunci. Hal ini memasukkan
tingkat konsistensi internal yang lebih tinggi ke dalam struktur gaji
karena gaji semua pekerjaan terkait langsung dengan jumlah poin evaluasi.
- Golongan Gaji : pendekatan ketiga adalah
mengelompokkan pekerjaan ke dalam kelas-kelas gaji atau yang umum disebut
golongan gaji (pay grades). Keunggulan dari pendekatan ini adalah kendala
aministratif penetapan tingkat gaji dari ratusan pekerjaan jauh berkurang.
System ini juga memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam memindahkan
karyawan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya tanpa menimbulkan
masalah, misalnya beralih dari pekerjaan yang poin evaluasinya 230 ke
pekerjaan yang poinnya 215. Apa yang mungkin terlihat sebagai penurunan
pangkat dalam system yang sepenuhnya berbasis pekerjaan tidak sksn menjadi
masalah dalam system golongan gaji. Perhatikan bahwa sebaran jangkauan
(range spread)(jarak antara titik minimum dengan maksimum) semakin besar
pada level pekerjaan yang lebih tinggi karena perbedaan kinerja pada level
ini cenderung memiliki dampak yang lebih banyak terhadap organisasi itu
sendiri. Kelemahan dari system golongan gaji ini adalah sebagian pekerjaan
akan dibayar kurang, sedangkan pekerjaan lainnya dibayr lebih.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Reward adalah imbal jasa. Dalam
konteks manajemen perusahaan, reward adalah imbal jasa yang diberikan
perusahaan kepada karyawan, atas pekerjaan yang dilakukan karyawan tersebut
untuk perusahaan. Hal-hal yang dapat mempengaruhi reward antara lain: bobot jabatan,
pencapaian target, kompetensi pemegang jabatan dan masa kerja. Reward dapat
berbentuk cash atau non-cash dan sering disebut dengan compensation &
benefits.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Noe, raymod A., John R. Holandbeck, Berry gerhart & Patrick M. Wright,
2008. Human resource Managemen-gaining A Competitif Adventege., 6TH
Ed. Didik prayetno (penerjemah), Manajemen Sumber Daya Manusia, Mencapai
Keunggulan Bersaing. 2011. Jakarta, Salemba empat.
2.
Robert L. mathis-john H. jacson. Human Resource Management, Manajemen Sumber
daya Manusia
3.
Gary dessler. Manajemen Personalia, Teknik dan Konsep
Tidak ada komentar:
Posting Komentar